HAIJOGJA.COM – Kabupaten Bantul mengalami peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sejak beberapa bulan terakhir.

Hal ini disebabkan oleh kemarau panjang yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, jumlah penderita ISPA terus naik dari bulan Mei hingga September 2023.

Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit, Dinkes Bantul Samsu Aryanto mengatakan, pada bulan Mei tercatat ada 6.400 kasus ISPA, lalu turun menjadi 5.600 kasus di bulan Juni.

Namun, di bulan Juli kasus ISPA kembali melonjak menjadi 7.079 kasus dan mencapai puncaknya di bulan Agustus dengan 10.300 kasus. Di bulan September, hingga tanggal 26 sudah ada 7.700 kasus.

“Saat ini kami belum bisa memastikan apakah terjadi penurunan atau tidak, karena belum sampai akhir September,” ujarnya, Selasa (26/09/2023).

Samsu menjelaskan, musim kemarau membuat partikel-partikel kecil seperti debu dan bakteri lebih mudah terbawa angin dan masuk ke saluran pernapasan manusia.

Hal ini memicu terjadinya ISPA yang ditandai dengan gejala batuk, pilek, demam dan sesak napas. Penderita ISPA di Bantul berasal dari berbagai wilayah dan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Untuk mencegah penularan ISPA, Samsu mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan asap, seperti membakar sampah, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Karena musim kemarau, jika beraktivitas diupayakan menggunakan masker. Jangan melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan asap, karena memicu ISPA,” katanya.