HAIJOGJA.COM – Musim hujan 2023 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diprediksi akan terjadi lebih lambat dari biasanya. Hal ini disebabkan oleh fenomena el Nino dan IOD positif yang mempengaruhi iklim di Indonesia.

Menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, rata-rata awal musim hujan di DIY adalah pada Oktober. Namun, pada tahun ini, musim hujan baru akan dimulai pada November atau bahkan Desember.

“Apabila dibandingkan dengan rata-ratanya, awal musim hujan 2023/2024 di DIY diprakirakan mundur 2-3 dasarian dari rata-ratanya,” kata Reni dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/9/2023).

Reni menjelaskan, ada delapan Zona Musim (ZOM) di DIY yang memiliki waktu awal musim hujan yang berbeda-beda. Sebagian besar ZOM (87,5 persen) akan mengalami musim hujan pada November, sementara sisanya (12,5 persen) pada Desember.

“Musim hujan di DIY juga diprakirakan dalam kategori bawah normal (BN) dan normal (N). Hanya satu ZOM yang berada dalam kategori BN, yaitu ZOM 8 yang meliputi Kabupaten Sleman bagian selatan dan Kabupaten Bantul bagian utara,” ucapnya.

Reni menambahkan, fenomena el Nino yang terjadi sejak Juli 2023 dan diperkirakan akan berlanjut hingga awal 2024 berdampak pada penurunan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena IOD positif yang muncul sejak Agustus 2023 juga menyebabkan pergeseran pola angin monsun.

“El Nino dan IOD positif ini membuat daerah pertemuan angin di sekitar ekuator (ITCZ) bergerak lebih lambat ke arah selatan. Akibatnya, monsun Asia yang biasanya membawa hujan ke wilayah Indonesia baru akan tiba pada Desember 2023,” paparnya.

Reni mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi selama musim kemarau maupun musim hujan. Ia juga mengharapkan masyarakat untuk selalu mengikuti informasi cuaca dan iklim dari BMKG yang dapat diakses melalui berbagai media.