HAIJOGJA.COM – Yogyakarta siap jadi percontohan ekonomi baru dengan mengedepankan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan organisasi seperti KADIN.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor guna menyambut tantangan ekonomi baru di kota budaya ini.

Dilansir dari Kumparan, dalam forum Morning Briefing at Ndalem Poenakawan pada Sabtu (14/6), ia berbicara di hadapan pelaku usaha, akademisi, dan perwakilan KADIN, menyampaikan hasil pertemuannya dengan Ketua KADIN se-Indonesia yang mendorong penguatan peran KADIN sesuai amanat Undang-Undang.

Wawan menjelaskan bahwa arah kebijakan ekonomi nasional kini selaras dengan KADIN, termasuk dalam isu global seperti perdagangan karbon dan tarif internasional.

Baca JugaPemkot Yogyakarta Gandeng Karang Taruna Majukan Ekonomi Kampung dan Kembangkan Jiwa Wirausaha Pemuda

Dalam konteks lokal, Kota Yogya diproyeksikan sebagai percontohan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Sentra Produksi Pangan Generasi (SPPG), yang diharapkan menjadi sumber penghasilan baru bagi pelaku usaha dengan potensi pendapatan ratusan juta rupiah per bulan.

Terkait perumahan, ia menawarkan solusi vertikal dan pengembangan kawasan pinggiran, termasuk lahan di sepanjang rel menuju Bandara YIA.

Ia menyebut adanya minat investor lokal untuk membangun hunian rakyat di atas lahan 35 hektar, yang akan didorong dengan kolaborasi Pemkot dan KADIN.

Menanggapi isu sektor pariwisata, Wawan menyambut positif dicabutnya larangan penggunaan hotel untuk acara, serta mengajak hotel berbintang untuk adaptif terhadap tren wisata berbasis homestay.

Baca JugaSPMB Khusus Umbulharjo Dibuka: Prioritas Akses SMPN 10 Yogyakarta untuk Warga Lokal

Ia bahkan mendorong investasi hotel ke homestay di bantaran Kali Code sebagai bentuk kolaborasi baru.

Wawan mengakhiri pernyataannya dengan mengusulkan reaktivasi konsep Jogja Incorporated untuk memperkuat sinergi antar pelaku usaha lokal dan mendorong peran KADIN sebagai offtaker dalam koperasi kelurahan.

Dengan model gotong royong ini, logistik warga bisa terpenuhi lewat kekuatan lokal, termasuk penyediaan gas melon dan kendaraan ramah lingkungan seperti becak listrik.