HAIJOGJA.COM – Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat baru saja menggelar upacara Khaul Ageng untuk memperingati Surud Dalem atau wafatnya Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Prosesi berlangsung pada Jumat Pahing (08/09) atau 21 Sapar Jimawal 1957. Upacara yang digelar di Tratag Gedhong Prabayeksa ini dihadiri Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta permaisuri GKR Hemas.

Hadir pula para Putra Dalem GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, dan GKR Bendara serta Wayah Dalem RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo dan Mantu Dalem KPH Purbodiningrat.

Sejumlah rangkaian acara digelar pada prosesi ini, seperti lantunan zikir, sholawat, pembacaan ayat-ayat Al Quran, tahlil dan doa khusus dipanjatkan untuk mendiang Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Upacara diawali dengan pembacaan doa yakni Surat Al-fatihah, zikir, tahlil, serta doa-doa pengampunan oleh Kanca Kaji Mas Penewu Ngabdul Wahab.

Rangkaian agenda ditutup dengan penyajian jamuan bersama yang merupakan hidangan Kersanan Dalem (kegemaran) Sri Sultan HB IX kepada hadirin.

Tujuannya upacara Khaul Ageng yaitu memberikan doa kepada Suwargi Dalem Sri Sultan HB IX sekaligus untuk mengenang perjuangan-perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Mengenal Sosok Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Dikutip dari laman Wikipedia Sri Sultan Hamengkubuwono X Lahir di Yogyakarta dengan nama Gusti Raden Mas Dorodjatun di Ngasem, beliau adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwana VIII dan permaisuri Kangjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegara.

Beliau memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School di Jogja. Pada 1925 ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool di Semarang, dan Hoogere Burgerschool te Bandoeng – HBS Bandung.

Pada tahun 1930 berkuliah di Rijkuniversiteit yang saat ini merupakan Universiteit Leiden, Belanda.

Hamengkubuwana IX dinobatkan sebagai Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar Ngarsa Dalem Sampéyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana Sénapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga ing Ngayogyakarta Hadiningrat. Beliau merupakan Sultan mendorong kemerdekaan Indonesia.

Kontribusi HB IX terhadap Republik Indonesia sangat besar, beliau tidak hanya berjuangan secara fisik, mental tetapi juga finansial dengan berdirinya negara Indonesia.

Dikutip dari kratonjogja.id Sri Sultan Hamengku Buwono IX segera mengambil sikap dua hari setelah proklamasi dengan mengirim telegram ucapan selamat kepada para proklamator.

Disusul kemudian 5 September 1945, beliau bersama Paku Alam VIII, mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia.

Ketika Republik Indonesia menghadapi tekanan kolonial Belanda, HB IX mengundang para tokoh bangsa untuk pindah ke Jogja sekaligus menyatakan Jogja siap menjadi ibukota negara Republik.

HB IX juga memberikan dukungan finansial, di mana segala urusan pendanaan negara diambil dari kas keraton.

Mulai dari gaji Presiden/ Wakil Presiden, staff, operasional TNI hingga biaya perjalanan dan akomodasi delegasi yang dikirim ke luar negeri.