HAIJOGJA.COM – Arya Daru Pangayunan (39), diplomat muda yang bertugas di Kementerian Luar Negeri, ditemukan meninggal dunia secara misterius di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa lalu.

Dimakamkan di Bantul

Pria lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini telah dimakamkan di Bantul pada Rabu kemarin.

Pada siang hari, rumah duka yang terletak di Jalan Munggur, Jomblang, Karangbendo, Banguntapan, mulai dipadati para pelayat.

Karangan bunga terlihat memenuhi area rumah, termasuk kiriman dari Fisipol UGM dan Kemenlu RI, tempat Arya pernah menimba ilmu dan bekerja.

Sekitar pukul 16.55 WIB, mobil jenazah tiba di lokasi pemakaman Sunthen, Banguntapan.

Jenazah Arya kemudian diangkat dari peti dan dimakamkan sesuai prosesi.

“Kami turut berdukacita. Sejak awal Kementerian luar Negeri sudah membantu dalam proses pemulasaraan jenazah, hingga pengantaran dan pemakaman jenazah di Jogja,” ujar Dirjen Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, saat hadir di pemakaman, dikutip dari Detik.

Ditemukan Tak Bernyawa, Terlilit Lakban

Jasad Arya Daru Pangayunan ditemukan di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (8/7) sekitar pukul 08.30 WIB.

Saat ditemukan, wajahnya dalam kondisi terbungkus lakban.

Pihak kepolisian menjelaskan kronologi penemuan jenazah. Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, mengatakan bahwa pagi buta hari itu, istri Arya mencoba menghubunginya, namun ponselnya tidak aktif.

Karena khawatir, sang istri lalu menghubungi penjaga indekos dan meminta tolong untuk memeriksa keadaan Arya di dalam kamar.

“Dari istrinya, Subuh hari itu telepon korban, cuma tidak aktif,” ujar Rezha.

Penjaga kos lalu menuju kamar Arya dan mengetuk pintu beberapa kali.

Setelah tidak ada respons, kamar dibuka secara paksa, dan jasad Arya ditemukan di dalam.

“Dicek, di ketok-ketok, nah mungkin (langsung ditemukan korban). Dari olah TKP, memang ada dibuka paksa untuk mengetahui korban di dalam bagaimana,” jelas Rezha.

Rezha menambahkan, hingga saat ini belum dapat dipastikan penyebab kematian Arya.

Ia menegaskan tidak ada tanda kekerasan fisik maupun barang yang hilang dari kamar, dan hasil visum sementara tidak menunjukkan luka mencurigakan.

Selain itu, kamar korban terkunci dari dalam saat ditemukan.

Meninggalkan Istri dan Dua Anak

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyampaikan rasa duka mendalam atas wafatnya Arya Daru Pangayunan. Penanganan kasus sepenuhnya diserahkan kepada pihak kepolisian.

Juru Bicara Kemlu, Roy Soemirat, menyampaikan bahwa almarhum meninggalkan seorang istri dan dua anak. Ia menegaskan, Kemlu akan terus memberikan dukungan selama proses penyelidikan berlangsung.

“Kementerian Luar Negeri akan terus memberikan dukungan yang diperlukan dalam proses yang berlangsung,” ujar Roy.

Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, menegaskan bahwa Arya merupakan bagian dari jajaran diplomat muda Kemlu yang tengah bertugas.

“Dapat kami sampaikan benar bahwa saudara ADP adalah seorang diplomat fungsional muda dari Kementerian Luar Negeri,” ucap Judha saat berada di Gedung DPR RI.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo Purnomo Condro, menyampaikan bahwa jenazah Arya telah dibawa ke RSCM untuk proses autopsi.

Ia menambahkan, tim gabungan dari Polres dan Polda masih mengumpulkan keterangan saksi, rekaman CCTV, serta barang bukti lain guna menyelidiki penyebab pasti kematian Arya. Hasil penyelidikan akan diumumkan setelah proses selesai.

Alumni Berprestasi HI Fisipol

Universitas Gadjah Mada (UGM) menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Arya Daru Pangayunan, alumni Hubungan Internasional Fisipol yang dikenal berprestasi dan memiliki karier cemerlang.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, menyatakan bahwa UGM sangat kehilangan sosok alumni yang telah menorehkan prestasi dan kiprah positif di dunia diplomasi.

Ia juga mendorong agar kematian Arya yang terkesan janggal dapat diusut secara tuntas sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap warganya.

Sementara itu, Ketua Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM, Nur Rachmat Yuliantoro, mengungkapkan bahwa Arya merupakan lulusan S1 Hubungan Internasional angkatan 2005.

Ia dikenal sebagai diplomat berbakat dan membanggakan bagi almamater.

“Keluarga besar DIHI UGM turut berduka cita atas berpulangnya Daru. Dia dikenal sebagai diplomat yang andal, Daru adalah kebanggaan kita semua. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, serta keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” ucapnya.

Dijadwalkan Bertugas ke Finlandia

Keluarga menyampaikan bahwa Arya Daru Pangayunan sebenarnya dijadwalkan berangkat ke Finlandia pada akhir bulan ini untuk penugasan dinas. Kakak iparnya, Meta Bagus, mengungkap bahwa ia telah mengenal Arya sejak lama karena hubungan dekat antara kedua keluarga.

“Daru SD di SDN Serayu (Jogja), SMPN 8 (Jogja), SMA Muhi (Muhammadiyah 1 Jogja) dan kuliah di UGM,” ujar Bagus saat ditemui di rumah duka di Banguntapan, Bantul, Rabu (9/7/2025).

Usai menyelesaikan studinya, Arya mulai bekerja di Kementerian Luar Negeri sekitar tahun 2014 atau 2015 sebagai diplomat muda. Selama masa tugasnya, ia telah ditempatkan di berbagai negara seperti Myanmar, Timor Leste, dan Argentina.

Menurut Bagus, penugasan berikutnya adalah ke Finlandia. Ia juga menyampaikan bahwa Arya tidak pernah mengeluh selama bertugas dan justru sangat menikmati pekerjaannya.

“Happy (senang), kadang saat penempatan telepon dan senang-senang semua, tidak ada gimana-gimana,” katanya.

Sosok Ceria dan Ramah

Arya Daru Pangayunan dikenal sebagai pribadi yang hangat dan ceria di mata keluarganya. Kakak iparnya, Meta Bagus, mengatakan ia telah mengenal Arya sejak masa kecil karena hubungan dekat antara keluarga mereka.

“Saya kenal Daru sejak SD. Karena orang tua kami sudah lama kenal, dan sudah seperti keluarga kalau sama keluarganya Daru,” ujar Bagus.

Menurutnya, Arya merupakan pribadi yang tenang namun sangat antusias jika sedang berbicara. Ia menggambarkan Arya sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul—dalam istilah Jawa disebut grapyak.

Bagus juga menambahkan bahwa Arya jarang sekali terlihat murung atau marah. Sepanjang mengenalnya selama bertahun-tahun, Arya selalu menunjukkan sikap positif dan menyenangkan.

“Saya dengan Daru itu mengenal pribadi secara langsung, anaknya baik, ceria. Terus sepanjang saya kenal Daru puluhan tahun hampir tidak pernah melihat Daru cemberut, marah apa segala macam tidak pernah, baik banget anaknya,” kenangnya.

Jejak Terakhir Arya

Pihak kepolisian masih melakukan pemeriksaan mendalam terkait kematian Arya Daru Pangayunan, termasuk analisis sidik jari pada lakban yang menutupi wajah korban. Selain itu, rekaman CCTV di sekitar lokasi juga sedang diperiksa.

“Baru pemeriksaan saksi-saksi saja. Kami menunggu hasil juga dari labfor untuk pemeriksaan yang sisa lakbannya dan sidik jarinya segala macam yang tertempel gitu,” ungkap Kapolsek Menteng, Kompol Rezha Rahandhi, Rabu (9/7/2025), dikutip dari detikNews.

Rezha juga memaparkan aktivitas terakhir Arya sebelum meninggal. Sekitar pukul 22.00 hingga 22.30 WIB malam sebelumnya, Arya sempat menyapa penjaga kos dengan singkat.

“Jadi malam hari itu dia sekitar pukul 22.00, jam sepuluhan mendekati 22.30 WIB. Dia nyapa (penjaga kos) ‘Ayo mas’, gitu aja,” kata Kapolsek Menteng Kompol Rezha Rahandhi saat dihubungi, Selasa (8/7).

Dari rekaman CCTV, Arya terlihat menerima pesanan makanan dari layanan ojek online dan makan di ruang makan bersama penghuni lain. Ia juga terekam sempat keluar kamar untuk membuang sampah.

Setelah itu, Arya kembali ke kamarnya dan tidak lagi terlihat di CCTV. Komunikasi terakhir yang dilakukan Arya adalah menghubungi istrinya sekitar pukul 21.00 WIB, dan percakapan mereka berlangsung normal, menurut keterangan sang istri.

Pernah Terlibat dalam Misi Evakuasi WNI di Turki dan Iran

Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Kementerian Luar Negeri RI, Judha Nugraha, menyampaikan bahwa selama menjalani tugas di Kemlu, Arya Daru Pangayunan memiliki peran penting dalam upaya perlindungan warga negara Indonesia di luar negeri, termasuk misi evakuasi di Turki dan Iran.

“Jadi untuk kasus ini sendiri sudah diserahkan kepada pihak polisi, kita tunggu hasil penyelidikan dari pihak kepolisian,” ujar Judha saat ditemui di Banguntapan, Bantul, Rabu (9/7/2025).

Ia menjelaskan bahwa Arya bertanggung jawab atas perlindungan WNI di wilayah di luar Asia Tenggara dan Timur Tengah, termasuk berbagai penanganan kasus serta evakuasi di negara-negara tersebut.

“Jadi almarhum lebih banyak bertugas di pemulangan anak-anak terlantar, terus evakuasi,” tambah Judha.

Pernah Bersaksi dalam Kasus TPPO di Jepang

Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, mengungkap bahwa semasa hidupnya, Arya Daru Pangayunan pernah menjadi saksi dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang terjadi di Jepang. Namun, ia menegaskan bahwa kasus tersebut sudah lama selesai.

“Iya, Almarhum pernah menjadi saksi untuk kasus TPPO di Jepang. Kasusnya sudah lama dan sudah selesai,” ujar Judha, Selasa (8/7).

Judha juga mengingatkan agar masyarakat tidak mengaitkan hal tersebut dengan peristiwa meninggalnya Arya. Ia meminta publik untuk menunggu hasil resmi penyelidikan dari pihak kepolisian dan tidak membuat spekulasi.

“Tapi itu jangan dikait-kaitkan. Kita menunggu hasil penyelidikan polisi, kita jangan berspekulasi. Jadi kami tidak ingin berspekulasi, kita tunggu hasil penyelidikan polisi,” tegasnya.