HAIJOGJA.COM — Mitos-mitos gerhana bulan total yang membahayakan ibu hamil hingga kini masih berkembang di masyarakat.

Ketika terjadi gerhana bulan, beberapa narasi yang beredar kerap melarang ibu hamil untuk melakukan beberapa hal.

Hal ini memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi ibu hamil ketika fenomena astronomi tersebut terjadi.

Padahal, gerhana bulan hanyalah fenomena langit yang tidak berdampak langsung kepada manusia di bumi, selain hanya pengaruh terhadap cahaya yang dipancarkan.

Bulan akan terlihat berwarna merah ketika terjadi gerhana bulan total.

Sehingga, tak jarang gerhana bulan disebut juga bulan berdarah atau blood moon.

Lantas, bagaimana dengan mitos-mitos terkait gerhana bulan yang membahayakan ibu hamil? Begini faktanya.

Mitos Gerhana Bulan Bahayakan Ibu Hamil

Berikut ini adalah beberapa mitos yang beredar di masyarakat tentang larangan untuk ibu hamil saat gerhana bulan.

1. Ibu Hamil Dilarang Keluar Rumah Saat Gerhana Bulan

Salah satu mitos paling umum adalah larangan bagi ibu hamil untuk keluar rumah saat terjadi gerhana bulan.

Konon, gerhana membawa roh jahat yang bisa mengancam keselamatan ibu dan janin.

Fakta ilmiah:

Larangan ini kemungkinan besar muncul karena pada masa lalu penerangan masih sangat minim.

Saat gerhana berlangsung dan suasana menjadi gelap, risiko kecelakaan pun meningkat.

Kini, dengan pencahayaan modern, larangan ini sudah tidak relevan lagi.

Meski begitu, tetap disarankan agar ibu hamil berhati-hati saat berada di luar rumah saat malam hari.

2. Dilarang Memegang Benda Tajam Saat Gerhana

Kepercayaan kuno menyebutkan bahwa ibu hamil sebaiknya tidak memegang benda tajam seperti gunting, pisau, atau jarum selama gerhana.

Fakta ilmiah:

Sebenarnya, larangan ini lebih terkait keselamatan fisik.

Dulu, karena pencahayaan kurang, suasana mendadak gelap bisa menyebabkan kecelakaan saat menggunakan benda tajam.

Tidak ada hubungan antara benda tajam dan efek negatif dari gerhana terhadap janin.

Selama digunakan dengan hati-hati, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

3. Pemakaian Perhiasan Logam bagi Ibu Hamil Saat Gerhana

Beberapa kepercayaan astrologi menyatakan bahwa ibu hamil sebaiknya tidak memakai perhiasan berbahan logam seperti jepit rambut atau aksesori lainnya saat gerhana.

Sebaliknya, masyarakat Meksiko kuno justru menyarankan agar ibu hamil mengenakan benda-benda tersebut untuk mencegah bayi lahir dengan bibir sumbing.

Fakta ilmiah:

Baik larangan mengenakan logam maupun anjuran untuk menggunakannya demi mencegah bayi lahir cacat hanyalah mitos.

Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan hubungan antara penggunaan logam dan kondisi janin saat gerhana.

4. Ibu Hamil Dilarang Mandi Saat Gerhana

Larangan mandi saat gerhana mungkin terdengar aneh, namun dulunya masyarakat percaya bahwa mandi saat gerhana bisa berdampak buruk bagi kehamilan.

Fakta ilmiah:

Di masa lalu, orang mandi di tempat terbuka yang rawan kecelakaan saat gelap.

Larangan ini muncul lebih karena faktor keamanan.

Kini, mandi di kamar mandi yang aman dan terang tidak menjadi masalah bagi ibu hamil.

5. Ibu Hamil Dilarang Melihat Gerhana

Ada kepercayaan yang mengatakan bahwa melihat gerhana, terutama oleh ibu hamil, bisa menyebabkan cacat lahir atau keguguran.

Fakta ilmiah:

Melihat gerhana bulan tidak membahayakan ibu hamil.

Namun, gerhana matahari tidak boleh dilihat langsung tanpa pelindung mata karena radiasi UV dapat merusak retina.

Tidak ada kaitan antara menatap gerhana dan gangguan pada kehamilan.

6. Tidak Boleh Minum Air Saat Gerhana

Meski jarang terdengar di Indonesia, beberapa budaya mempercayai bahwa ibu hamil sebaiknya tidak minum air saat gerhana berlangsung.

Fakta ilmiah:

Mitos ini sangat tidak berdasar.

Justru, membatasi konsumsi air bisa menyebabkan dehidrasi, yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan janin.

Pastikan asupan cairan tetap cukup selama masa kehamilan, termasuk saat gerhana.

7. Ibu Hamil Dilarang Makan Makanan yang Dimasak Sebelum Gerhana

Mitos lainnya menyebutkan bahwa makanan yang dimasak sebelum gerhana tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil.

Fakta ilmiah:

Larangan ini kemungkinan besar berasal dari kondisi zaman dahulu, di mana makanan tidak bisa diawetkan dengan baik.

Makanan yang dibiarkan semalaman lebih rentan terkontaminasi bakteri.

Jadi, larangan ini lebih kepada menjaga kualitas makanan, bukan karena gerhana.