HAIJOGJA.COM — Pihak keluarga membeberkan adanya 5 kejanggalan pada kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) ADP.

Hal ini disampaikan pihak keluarga bersama kuasa hukum Nicholay Aprillindo dan Dwi Librianto pada Sabtu, 23 Agustus 2025 kemarin.

5 Kejanggalan Kematian Diplomat Kemlu ADP versi Keluarga

1. Amplop Coklat Misterius Berisi Simbol-Simbol Aneh

Salah satu kejanggalan terungkap saat acara pengajian 40 hari wafatnya ADP pada 9 Juli 2025.

Seorang pria tidak dikenal datang membawa amplop cokelat kepada asisten rumah tangga keluarga.

Isi amplop tersebut bukan surat atau dokumen, melainkan simbol-simbol dari gabus putih.

“Ada seseorang membawa amplop coklat, yang berisi simbol-simbol dari gabus putih, yaitu simbol bintang, hati, dan simbol bunga kamboja,” jelas Nicholay.

Menurut pihak keluarga, simbol-simbol ini diyakini menyampaikan pesan tersembunyi. Bukti ini pun telah diserahkan ke aparat berwenang untuk didalami.

2. WhatsApp dan Instagram Aktif Meski HP Dinyatakan Hilang

Istri ADP Meta Ayu Puspitranti sempat mengirim pesan WhatsApp kepada ADP setelah ditemukan dalam keadaan meninggal.

Meta Ayu melihat tanda centang dua, yang artinya perangkat sedang aktif.

Sedangkan pernyataan pihak kepolisian, HP almarhum hilang.

“Kami baru dapat informasi dari istrinya atau keluarganya, Instagram milik almarhum on padahal sempat dikatakan HP-nya hilang,” ujar Nicholay.

Meta Ayu Puspitranti, juga mengaku sempat melihat akun Instagram suaminya aktif.

Namun saat ini, semua akun tersebut telah dinonaktifkan.

Nicholay menyatakan bahwa informasi waktu dan tanggal aktivitas media sosial tersebut masih akan ditelusuri lebih dalam.

“Jadi saat keluarga mencoba kembali menghubungi akun WhatsApp dan Instagram almarhum, keduanya sudah tidak lagi aktif. Saat ini sudah nonaktif,” tambahnya.

3. Upaya Kontak ke Polsek Menteng Tak Direspons

Meta Ayu juga mengungkapkan bahwa dirinya mencoba menghubungi Polsek Menteng sebanyak tujuh kali pada malam sebelum ADP ditemukan meninggal dunia.

Namun, semua upaya tersebut tidak mendapatkan respons.

“Dini hari tanggal 8 Juli 2025, menelpon Polsek Menteng tujuh kali. Tadi pagi saya coba menghubungi (nomor Polsek Menteng), memang ada, tapi tidak ada respons,” kata kuasa hukum Dwi Librianto.

Sebelumnya, Meta Ayu sempat menghubungi penjaga kos karena tidak bisa menghubungi suaminya sejak pukul 21.20 WIB pada 7 Juli 2025.

4. Istri ADP Bantah Minta Kos Geser CCTV

Terkait dugaan permintaan untuk mengubah posisi CCTV di tempat kos ADP, kuasa hukum menegaskan bahwa istri ADP tidak pernah memberikan permintaan semacam itu kepada penjaga kos.

“Dan perlu saya sampaikan keterangan dari istri almarhum bahwa istri almarhum yang bernama Meta Ayu tidak pernah meminta pergeseran CCTV,” ujar Nicholay.

Hal ini memunculkan dugaan bahwa ada pihak lain yang sengaja mencoba mengaburkan bukti.

5. Dugaan Keterlibatan Pembunuh Profesional

Berdasarkan rangkaian kejanggalan yang terjadi, keluarga menduga bahwa ADP mungkin menjadi korban dari pembunuhan yang melibatkan pihak profesional.

Salah satu indikatornya adalah tidak ditemukannya sidik jari di lokasi kejadian.

“Kalau dikatakan sidik jari dan sebagainya, sekarang pembunuh profesional yang mempunyai keahlian khusus menggunakan peralatan canggih, contohnya sarung tangan tanpa jejak, tidak meninggalkan sidik jari,” jelas Nicholay.

Ia juga menambahkan bahwa keluarga tidak puas dengan kesimpulan sementara yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian karena sejumlah bukti dianggap tidak cukup dijadikan dasar.

Orang Tua Minta Presiden Usut Kembali Kasus Kematian ADP

Permintaan tegas datang dari ayah almarhum, Subaryono, yang berharap Presiden Prabowo Subianto memberikan perhatian serius pada kasus ini.

Ia meminta agar presiden memerintahkan aparat penegak hukum untuk mengusut kembali penyebab kematian putranya.

“Anak saya sebagai ASN saya mohon kepada pimpinan negara ini yang terhormat bapak Presiden RI. Kami mohon dengan rendah hati dan setulusnya bapak bisa menginstruksikan kepada Kapolri, Panglima TNI, Kemenlu agar supaya segera menjelaskan kepada kami misteri yang terjadi pada anak kami,” ungkap Subaryono.

Subaryono tak menyembunyikan rasa duka mendalam yang masih ia rasakan.

Ia menyebut kematian ADP sebagai pukulan berat, terlebih ADP adalah putra semata wayangnya.

“Kematian putra kami merupakan pukulan yang sangat berat bagi keluarga kami. Banyak hal yang membuat kami syok terpuruk dan tidak berdaya,” tambahnya.

Subaryono, yang kini berusia 71 tahun dan merupakan pensiunan dosen Fakultas Teknik UGM, merasa lemah dalam menghadapi situasi ini.

Ia menegaskan bahwa kondisi fisik dan mentalnya tidak sekuat dulu, sehingga sangat berharap bantuan dari pemerintah pusat.

“Fisik semakin rentan, ingatan tidak setajam dulu, bicara sudah tidak lancar. Kami merasakan posisi kami lemah dan situasi yang seperti ini,” ucapnya lirih.

Alasan Keluarga Baru Buka Suara Setelah 40 Hari Kematian

Pihak keluarga ADP baru angkat bicara ke publik sekitar 40 hari setelah kematian terjadi. Hal ini bukan tanpa alasan.

Menurut kuasa hukum, keluarga membutuhkan waktu untuk memulihkan kondisi emosional, mengumpulkan bukti, serta memberikan ruang bagi penyidik untuk bekerja.

Namun, karena merasa tidak ada perkembangan berarti.

Bahkan, sejumlah bukti dan temuan tidak dipertimbangkan secara serius oleh pihak berwenang.

“Tapi itu tidak dipertimbangkan sebagai fakta bukti tentang pengungkapan misteri meninggalnya almarhum,” ucap Nicholay.

Pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk menyampaikan seluruh kejanggalan secara terbuka kepada publik.