HAIJOGJA.COMKetua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo Eryono, mengungkapkan bahwa sekitar 5.000 pekerja di sektor perhotelan dan restoran di wilayahnya saat ini dirumahkan.

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya aktivitas Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) akibat kebijakan efisiensi anggaran dari pemerintah.

“Kami menghindari PHK, sementara dari Januari 2025 sampai saat ini hanya merumahkan. Mereka tetap diganti tetapi tidak penuh,” ujar Deddy, Selasa (13/05/2025), dikutip dari Tribun News.

Deddy menjelaskan, jumlah pekerja yang dirumahkan berasal dari 458 unit hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI DIY.

Mayoritas berasal dari hotel berbintang 3 hingga 5, meski ada pula yang berasal dari hotel non-bintang serta restoran.

Ia berharap pemerintah segera merealisasikan belanja anggaran yang telah kembali dibuka sebesar Rp 86,6 triliun untuk kementerian dan lembaga, guna memulihkan aktivitas ekonomi termasuk sektor MICE.

Hal ini diharapkan dapat mendorong hotel dan restoran kembali mengaktifkan karyawan yang dirumahkan.

“MICE nggak sampai 10 persen, makanya kami mendorong segera dibelanjakan. Agar kami bisa bernapas dan memanggil yang dirumahkan. Nggak kayak dulu tidak apa-apa, tapi itu betul-betul digelontorkan,” tambahnya.

Deddy juga menyampaikan bahwa saat libur panjang Waisak beberapa waktu lalu, banyak hotel di DIY kembali memanggil karyawan yang sebelumnya dirumahkan karena tingkat hunian meningkat tajam.

Pada periode 9-12 Mei 2025, tingkat okupansi rata-rata mencapai 75 persen, sementara di Kota Yogyakarta dan Sleman bahkan mencapai 90 hingga 100 persen pada tanggal 10 dan 11 Mei 2025.

“Kan kami ya tergantung dari tamu, kalau banyak baru kami panggil lagi (karyawan yang dirumahkan). Seperti kemarin saat libur Waisak, kami panggil lagi untuk memperkuat karena okupansi tinggi,” pungkasnya.