HAIJOGJA.COM — Siapa sangka, Taman Sari Yogyakarta memiliki fakta menarik yang tersembunyi di antara ramai riuhnya pengunjung.

Bukan hanya dikenal karena keindahan arsitekturnya, Taman Sari Yogyakarta menyimpan kisah sejarah yang penuh warna mengenai masa kejayaan, kemunduran, hingga transformasi sebagai istana air yang menjadi simbol kekuasaan dari Sultan Hamengkubuwono I hingga Sultan Hamengkubuwono III.

Pesona historis dari kompleks ini menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, yang tertarik mengeksplorasi warisan budaya di Yogyakarta.

Sedikit mengintip beberapa keunikan Tanan Sari Yogyakarta, berikut fakta menarik yang wajib kamu ketahui.

Taman Sari Yogyakarta Benteng Pertahanan Terselubung

Menurut Suranto, seorang pemandu wisata yang sebelumnya bekerja di Dinas Purbakala, Taman Sari awalnya dibangun sebagai benteng pertahanan.

Namun, benteng ini disamarkan melalui desainnya yang menyerupai vila untuk melindungi lingkungan Kraton Yogyakarta.

“Diibaratkan sebagai prajurit keraton, makanya di kanan kirinya ada barak tentara Mataram di Gedung Kiwo dan Gedung Tengen,” jelasnya.

Arsitek Taman Sari Yogyakarta Ternyata Orang Portugis yang Terdampar

Fakta unik lainnya adalah arsitek yang merancang bangunan ini merupakan seorang Portugis yang terdampar di Pantai Parangkusumo.

Bukannya diusir, Sultan justru memanggil penyintas tersebut untuk dimanfaatkan keahlian arsitekturnya.

“Dulu, orang Portugis terdampar di Pantai Parangkusumo, kemudian diserahkan kepada Sultan. Tidak diusir dari Jogja, tetapi dimanfaatkan keahliannya sebagai arsitek,” ujar Suranto.

Keutuhan Bangunan Taman Sari Yogyakarta Masih Terjaga

Salah satu pengunjung, Ana dari Padang, Sumatera Barat, menyoroti bagaimana struktur bangunan Taman Sari tetap terjaga keasliannya meskipun telah berusia puluhan tahun.

Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1758 dan difungsikan hingga tahun 1812.

Taman Sari memiliki nilai historis mendalam, tidak hanya sebagai tempat bersantai, tetapi juga sebagai bagian penting dari kehidupan istana.

“Bangunannya masih utuh seperti dahulu. Mungkin hanya direvitalisasi sedikit untuk kebersihan, tapi bentuknya masih sama, tidak diubah secara sengaja.”

Keutuhan bangunan dan nilai sejarah setiap sudut Taman Sari menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan milenial tersebut.

“Nilai sejarah dan arsitekturnya yang masih dijaga menjadi salah satu daya tarik saya,” ujarnya.

Tak ayal, Taman Sari Yogyakarta juga banyak direkomendasikan di berbagai platform media sosial.

“Alasan saya tertarik ke Taman Sari pertama karena direkomendasikan di Instagram dan media sosial. Selain itu, ini adalah tempat mandinya Sultan Hamengkubuwono dulu,” ungkapnya.