178 Siswa dan Guru Keracunan MBG di Sleman, Dugaan Penyebab Menu Rawon
HAIJOGJA.COM — Keracunan makanan pada program makan bergizi gratis (MBG) kembali terjadi.
Kali ini, menimpa ratusan siswa di wilayah Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menurut data Dinas Kesehatan Sleman, sebanyak 178 siswa dari 3 sekolah menengah pertama (SMP) mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa, 12 Agustus 2025.
Ketiga sekolah yang terdampak di antaranya, SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, dan SMP Pamungkas Mlati.
“Dugaan keracunan pangan di Sleman terjadi di 3 SMP, ditangani Puskesmas Mlati I dan II. Kemudian ada yang dirujuk (ke RSUD Sleman),” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman Khamidah Yulianti.
Pihak SMP Muhammadiyah 1 Mlati mencatat ada 58 siswa yang mengalami gejala keracunan.
Mereka mengalami keluhan seperti mual, muntah, sakit perut, dan diare.
Para korban dilarikan ke Puskesmas Mlati I untuk mendapatkan penanganan, dan sebanyak 15 siswa menjalani rawat jalan.
Sementara itu, SMP Muhammadiyah 3 Mlati melaporkan jumlah siswa yang terdampak mencapai 90 orang.
Selain siswa, tujuh tenaga pendidik di sekolah ini juga mengalami gejala yang sama.
Sebagian besar ditangani di Puskesmas Mlati II, dan 7 siswa dirujuk ke RSUD Sleman untuk perawatan lebih intensif.
Begitu pula dengan SMP Pamungkas Mlati yang melaporkan adanya 30 siswa menunjukkan gejala serupa.
Dugaan Penyebab Keracunan MBG di Sleman
Berdasarkan keterangan dari Kepala Puskesmas Mlati II dr. Veronika Evita Setianingrum, menu yang dikonsumsi siswa pada hari kejadian adalah rawon daging sapi.
Sampel makanan tersebut telah diambil oleh pihak kepolisian untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut, guna memastikan kandungan dan penyebab pasti dari gejala yang dialami para siswa.
“Informasinya (menu yang dikonsumsi) kemarin rawon daging sapi. Sampel makanannya tadi sudah dibawa sama Posek, dari Polres itu sudah diambil,” ungkap dr. Veronika.
Pemeriksaan juga akan mencakup spesimen muntahan dan feses siswa yang mengalami keracunan.
Adapun pihak Dinas Kesehatan Sleman melalui Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dedi Aprianto menyebut telah berkoordinasi lintas instansi.
Pemerintah daerah juga berupaya memberikan pelayanan terbaik, mengingat program MBG merupakan bagian dari kebijakan nasional untuk meningkatkan gizi siswa.
Tanggapan Pihak Sekolah soal Keracunan MBG di Sleman
Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 3 Mlati Yulia Rachmawati mengungkapkan bahwa mereka mulai mencurigai adanya keracunan setelah banyak siswa tidak masuk sekolah pada pagi hari.
Setelah dilakukan penyisiran data, diketahui bahwa sebagian besar siswa mengalami diare sejak dini hari usai mengonsumsi makanan MBG.
“Karena jumlah ketidakhadiran cukup besar, kami lakukan skrining. Ternyata hampir semua yang absen mengalami diare,” kata Yulia.
Buntut Keracunan MBG di Sekolah Sleman, Program Dihentikan Sementara
Untuk mencegah kejadian serupa terulang, distribusi MBG dihentikan sementara selama beberapa hari ke depan di sekolah-sekolah terdampak.
Langkah ini diambil sebagai bentuk evaluasi menyeluruh terhadap proses produksi dan distribusi makanan.
Kepala Dinas Pendidikan Sleman Mustadi menyatakan bahwa seluruh sekolah yang terdampak mendapatkan pasokan makanan dari Sentra Penyediaan Pangan Gizi (SPPG) yang sama.
“Tadi saya sempat ketemu dengan perwakikan (SPPG). Jadi SPPG wilayah Mlati itu kan bermitra, ini saya sampaikan karena saya tadi menerima langsung dari yang bersangkutan,,” jelas Mustadi.