HAIJOGJA.COM – Sejak awal Agustus 2025, warga dan media lokal di sekitar Raqqa dihebohkan dengan kemunculan butiran mengilap di dasar Sungai Eufrat yang surut drastis.

Fenomena ini langsung menarik perhatian banyak orang dan memicu apa yang oleh warga disebut sebagai “demam emas”, karena mereka mengira telah menemukan emas sungguhan.

Tapi setelah ditelusuri lebih jauh oleh para ahli geologi, media independen, hingga lembaga pemeriksa fakta internasional, butiran mengilap itu kemungkinan besar bukan emas, melainkan mineral lain seperti pyrit yang sering dijuluki “emas palsu”.

Tak hanya itu, kejadian ini juga kembali memunculkan perbincangan soal hadits Nabi Muhammad yang menyebut akan muncul “gunung emas” di Sungai Eufrat ketika airnya surut.

10 Fakta di Balik Kilauan Misterius di Sungai Eufrat

Berikut ini beberapa poin penting yang telah dikonfirmasi hingga Agustus 2025.

1. “Demam Emas” Mendadak di Tepi Sungai Eufrat

Menjelang akhir Juli hingga awal Agustus 2025, warga desa al-Bukhamid dan daerah sekitarnya di pedalaman Raqqa dikejutkan oleh kemunculan tanah berkilau di dasar Sungai Eufrat yang mulai surut.

Tanpa pikir panjang, puluhan hingga ratusan orang datang, mendirikan tenda darurat, dan mulai menggali menggunakan alat seadanya.

Mereka percaya sedang menemukan emas mentah dan berharap bisa mengubah nasib.

Lokasi ini pun seketika berubah jadi kamp penambangan liar, tanpa izin atau pengawasan resmi.

Semuanya demi mengejar kekayaan secepat kilat.

2. Peringatan dari Para Ahli: Itu Mungkin Bukan Emas

Di tengah hiruk pikuk “rush emas” ini, para geolog lokal seperti Khaled al-Shammari mengingatkan bahwa kilauan tanah bukan berarti emas.

Menurutnya, apa yang ditemukan kemungkinan besar hanyalah pyrit, sebuah mineral yang tampak seperti emas, tapi sebenarnya tidak bernilai tinggi.

Hanya uji laboratorium yang bisa membuktikan secara pasti kandungan mineralnya.

Tanpa itu, semua klaim masih sebatas dugaan.

3. Tak Ada Bukti Ilmiah atau Laporan Resmi

Sampai Agustus 2025, belum ada satu pun media internasional terpercaya atau institusi geologi yang membenarkan adanya temuan emas di Sungai Eufrat.

Bahkan lembaga pengecek fakta seperti Rappler menyebut kabar soal “gunung emas” ini lebih condong ke mitos, tanpa dukungan bukti nyata.

4. Spekulasi Religius Ikut Mencuat

Tak sedikit orang yang mengaitkan fenomena ini dengan hadits Nabi Muhammad yang menyebutkan kemunculan “gunung emas” saat Sungai Eufrat mengering.

Asaad al-Hamdani, seorang ulama Sunni, membenarkan keaslian hadits tersebut.

Tetapi ia menegaskan, perlu kehati-hatian dalam menafsirkan peristiwa ini sebagai pemenuhannya.

Diperlukan kajian teologis yang matang, bukan spekulasi spontan.

5. Latar Belakang Krisis Air Sungai Eufrat

Munculnya sedimen di dasar sungai berkaitan langsung dengan menyusutnya aliran air.

Turki negara asal sungai ini telah memangkas aliran Eufrat lebih dari 60% karena proyek bendungan.

Ditambah musim kering panjang dan infrastruktur irigasi yang rusak, kondisi sungai makin parah, menyisakan area yang sebelumnya tertutup air selama puluhan tahun.

6. Dampak Ekonomi di Komunitas Lokal

Fenomena ini membuka peluang ekonomi baru walaupun tidak resmi.

Harga alat gali melonjak, penjual makanan dan kebutuhan dasar kebanjiran pembeli, dan muncul para calo yang merekrut pekerja untuk menggali.

Tetapi situasi ini juga menimbulkan kekhawatiran, karena penambangan dilakukan tanpa perlindungan atau standar keselamatan apa pun.

7. Ancaman Lingkungan dan Risiko Kecelakaan

Tanpa izin dan pengaturan, kegiatan gali-menggali ini membawa risiko lingkungan serius.

Erosi sungai, tanah longsor, hingga pencemaran dari bahan berbahaya bisa terjadi sewaktu-waktu.

Aktivis lingkungan pun mulai bersuara, meminta pemerintah turun tangan sebelum situasinya makin tak terkendali.

8. Media Sosial Jadi Sarang Misinformasi

Platform seperti X (dulu Twitter), Instagram, dan TikTok ramai dengan video dan foto yang diklaim dari lokasi “penemuan emas”.

Sayangnya, banyak dari unggahan itu ternyata menggunakan video lama atau dari lokasi berbeda, seperti tambang di Kongo yang menyesatkan publik.

9. Pemerintah Belum Bersuara

Sampai pertengahan Agustus 2025, baik pemerintah pusat Suriah maupun otoritas lokal belum mengeluarkan pernyataan resmi soal temuan emas ini.

Minimnya keterlibatan pemerintah membuat eksploitasi semakin liar dan berisiko memicu konflik antar warga yang memperebutkan lokasi galian.

10. Riwayat Panjang Raqqa dalam Kerajinan Emas

Raqqa punya sejarah panjang sebagai pusat kerajinan perhiasan emas sejak era Fatimiyyah, sekitar abad ke-10 hingga ke-12.

Tetapi itu tidak berarti ada tambang emas di bawah sungai.

Hingga kini, tidak ada bukti bahwa warisan emas masa lalu ada hubungannya dengan apa yang terjadi di dasar Eufrat saat ini.

Harapan, Mitos, dan Kenyataan

Apa yang disebut sebagai “penemuan emas” ini lebih tepat dilihat sebagai respons terhadap krisis air dan tekanan ekonomi, ketimbang bukti adanya emas sesungguhnya.

Belum ada bukti ilmiah yang membenarkan temuan emas.

Lokasi penggalian bersifat informal dan liar, diwarnai spekulasi religius yang belum tentu relevan, serta dipicu oleh krisis ekologis.

Bagi banyak warga yang hidup dalam keterbatasan, harapan menemukan emas adalah pelarian dari keputusasaan, bukan kenyataan.

Hanya uji mineralogis resmi yang bisa membuktikan apakah yang mereka gali benar-benar emas.

Dan sejauh ini, semua bukti justru mengarah ke pyrit alias “emas palsu”.

Kisah ini jadi pengingat kuat bahwa bagaimana harapan, mitos, tekanan ekonomi, dan krisis lingkungan bisa berpadu menciptakan fenomena sosial luar biasa.

Walaupun pada akhirnya, fakta di lapangan mungkin jauh dari impian.